Alat "Penghemat" Listrik




Pernahkan Anda melihat iklan alat penghemat listrik?
Jika alat ini memang benar bisa menghemat listrik, kenapa tidak diproduksi secara massal oleh PLN dan dipasang pada pelanggan rumah tangga?
Bukankah energi fosil yang digunakan sebagai salah satu sumber energi oleh PLN berangsur-angsur akan habis?
Pertanyaan-pertanyaan di atas mungkin sering muncul dalam benak pelanggan PLN.

Tahukah Anda alasan kenapa alat "penghemat" listrik tidak benar-benar dapat menghemat listrik?
Penasaran?
Mau tahu alasannya?


Berikut alasannya:
Sebelum membahas lebih lanjut tentang alat "penghemat" listrik, ada baiknya terlebih dahulu kita ketahui apa sebenarnya yang kita bayarkan tiap bulan kepada PLN.
Kotak PLN yang dipasang di depan rumah adalah kWh (kilo Watt hour) meter. Sesuai dengan namanya maka yang kita bayar adalah besarnya daya (dalam satuan Watt) dikalikan dengan waktu pemakaian atau jam nyala (dalam satuan hour atau jam). Semakin besar daya yang dipakai semakin besar biaya yang kita bayarkan ke PLN. Demikian juga, semakin lama jam nyala, semakin besar juga biaya yang harus kita bayar.
Meskipun pemakaian alat-alat listrik seperti AC, lemari es, televisi, komputer, lampu, dll. menggunakan satuan Watt, namun banyak yang tidak mengetahui bahwa sebenarnya kita berlangganan listrik ke PLN dalam satuan Volt Ampere (VA). Jadi batas daya listrik di rumah kita yang benar adalah 900 VA (bukan 900 Watt), 1300 VA (bukan 1300 Watt) atau 2200 VA (bukan 2200 Watt).
Angka-angka di atas didapat dari pembulatan perkalian antara tegangan PLN (220 Volt) dengan arus (bervariasi mulai 4 Ampere, 6 Ampere, 10 Ampere, dst.).
Misalnya 900 VA didapat dari pembulatan 220 Volt x 4 Ampere = 880 VA atau 1300 VA didapat dari pembulatan 220 Volt x 6 Ampere = 1320 VA.

Lalu apa perbedaan antara  satuan VA dengan Watt?
VA (Volt Ampere) adalah satuan dari Daya Semu (Apparent Power) yang merupakan perkalian antara tengangan (satuan Volt) dengan arus (satuan Ampere).
Watt adalah satuan dari Daya Aktif (Active Power) atau sering juga disebut sebagai Daya Nyata (Real Power) yang merupakan perkalian antara Daya Semu dengan faktor daya atau cos ΦΦ (dibaca: phi) adalah sudut yang terbentuk antara Daya Semu dengan Daya Aktif, seperti terlihat  pada gambar segitiga daya berikut:


dimana,
Daya Semu (S) = V x I (satuan VA)
Daya Aktif atau Daya Nyata (P) = V x I x cos Φ (satuan Watt)
Daya Reaktif (Q) = V x I x sin Φ (satuan VAR)

Daya Reaktif (Reactive Power) dengan satuan VAR adalah daya yang diperlukan untuk pembentukan medan magnet. Daya Reaktif tidak akan dibahas pada tulisan ini.
Karena peralatan elektronik umumnya menggunakan Daya Aktif (Watt) sementara pelanggan PLN berlangganan Daya Semu (VA) maka Daya Semu ini harus dikonversikan terlebih dahulu menjadi Daya Aktif untuk menghitung berapa kapasitas Daya Aktif maksimum yang dapat digunakan agar penggunaan listrik tidak overload yang dapat mengakibatkan MCB pada kWh meter turun (drop/trip).
Contoh:
Untuk pelanggan PLN yang berlangganan Daya Semu sebesar 1320 VA, maka besarnya Daya Aktif = 1320 VA x cos Φ. Dengan asumsi nilai cos Φ sebesar 0,8 maka besarnya Daya Aktif untuk Daya Semu 1320 VA adalah sebesar 1056 Watt.
Artinya jika total daya seluruh peralatan listrik di rumah (jika digunakan secara bersama-sama) 1300 Watt, maka daya 1320 VA tidak akan cukup karena Daya Aktif yang tersedia sesungguhnya hanya 1056 Watt.

Sekarang kita akan bahas tentang alat "penghemat" listrik.
Daya Semu dan Daya Aktif bedanya hanya karena faktor daya atau cos Φ.
Jika sudut Φ = 0o atau nilai cos Φ = 1 atau setidak-tidaknya mendekati 1 maka besarnya Daya Semu dan Daya Aktif akan menjadi sama atau hampir sama.
Alat "penghemat" listrik yang dijual di pasaran ini fungsinya adalah untuk membuat nilai cos Φ menjadi 1 atau setidak-tidaknya mendekati 1. Semakin mendekati 1 nilai cos Φ-nya, semakin bagus alat ini.
Artinya jika pelanggan PLN berlangganan Daya Semu 1320 VA, maka dengan alat "penghemat" listrik ini mereka akan mendapatkan Daya Aktif yang besarnya sama atau hampir sama dengan 1320 Watt.

Lalu dimana letak hematnya?
Sebenarnya dengan membuat nilai cos Φ menjadi 1, tidak ada yang dihemat.
Yang benar adalah penggunaan daya menjadi lebih efisien atau lebih optimal. Optimal karena hampir seluruh daya yang disediakan oleh PLN dapat dimanfaatkan oleh pelanggan PLN. Oleh karena itu alat ini sebenarnya lebih tepat disebut sebagai Alat Pengoptimal Daya Listrik PLN.
Berikut ilustrasi daya yang bisa digunakan oleh pelanggan PLN tanpa dan dengan alat pengoptimal listrik.


Apakah biaya listrik menjadi lebih murah?
Alih-alih lebih murah, pembayaran listrik malah lebih mahal
Kenapa?
Karena pemakaian Daya Aktif bisa lebih besar dan sekali lagi yang kita bayarkan ke PLN adalah pemakaian Daya Aktif dalam satuan Watt. Jika saja yang kita bayar adalah Daya Semu dalam satuan VA, tentu menaikkan nilai cos Φ menjadi 1 akan menghemat pembayaran PLN.
Contoh:
AC 1 PK membutuhkan Daya Aktif 750 Watt, maka dengan nilai cos Φ = 0,8 maka Daya Semu yang dibutuhkan adalah 750/0,8 = 937,5 VA
Bayangkan jika nilai cos Φ bisa dinaikkan menjadi 1, maka besarnya Daya Semu yang dibutuhkan juga akan sama yakni 750 VA.
Sayangnya yang kita bayar adalah Daya Aktif (dalam satuan Watt) bukan Daya Semu (dalam satuan VA). Jadi berapa pun nilai cos Φ tidak akan berpengaruh terhadap biaya penggunaan listrik.

Apakah Alat "Penghemat" Listrik ini sama sekali tidak berguna?
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa alat ini dapat mengoptimalkan penggunaan daya yang disediakan oleh PLN.
Artinya, jika penggunaan daya maksimum listrik di rumah Anda secara akumulatif sebesar 1200 Watt, dengan asumsi nilai cos Φ = 0,8 maka dengan berlangganan PLN 1300 VA (tepatnya 1320 VA) tidak akan mampu mengoperasikan semua peralatan elektronik Anda secara bersamaan.
Yang terjadi adalah MCB pada kWh meter Anda akan turun (drop/trip) karena Daya Semu yang harus disediakan adalah 1200 Watt dibagi 0,8 = 1500 VA (sedangkan yang tersedia hanya 1320 VA). Solusinya adalah Anda harus menaikkan kapasitas daya berlangganan dari 1320 VA menjadi 2200 VA (dari 6 A menjadi 10 A)
Namun jika Anda menggunakan alat yang menaikkan nilai cos Φ menjadi 1, maka beban 1200 Watt masih cukup, bahkan masih ada cadangan daya sekitar 100 Watt.
Dalam beberapa kasus, menaikkan kapasitas daya berarti menambah biaya beban dan/atau biaya per kWh.
Namun biaya beban dan harga per kWh ini sangat tergantung pada kebijakan tarif dasar listrik PLN dan kebijakan ini bisa berubah-ubah (kebijakan terakhir PLN, biaya beban diterapkan RM (Rekening Minimum) dan harga per kWh sama untuk pelanggan rumah tangga non subsidi)

Kesimpulannya adalah:
1. Alat "penghemat" listrik tidak benar-benar dapat menghemat listrik, bahkan karena pemakaiannya bisa lebih banyak dari semestinya maka ada kecenderungan penambahan biaya pemakaian.
2. Daya yang disediakan oleh PLN adalah Daya Semu (VA) sedangkan alat-alat listrik umumnya menggunakan Daya Aktif atau Daya Nyata (Watt). Alat "penghemat" listrik ini bisa mengoptimalkan Daya Semu yang disediakan PLN menjadi sama dengan Daya Aktif atau Daya Nyata yang dibutuhkan untuk mengoperasikan peralatan listrik. Oleh karena itu alat "penghemat" listrik ini lebih tepat disebut sebagai alat pengoptimal daya listrik PLN.
3. Jika harus ada yang dihemat, maka yang dihemat adalah biaya menambah daya (jika tidak gratis) saat penggunaan mendekati ambang batas (sekali lagi ini sangat tergantung dengan kebijakan PLN yang bisa berubah sewaktu-waktu).

Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa alat "penghemat" ini ada karena daya yang disediakan oleh PLN adalah Volt Ampere (900 VA, 1300 VA, 2000 VA, dst.) sedangkan daya yang dibutuhkan oleh alat-alat listrik (AC, lemari es, televisi, komputer, lampu, dll) adalah Watt. Untuk mengkonversi Volt Ampere menjadi Watt dibutuhkan faktor daya atau cos Φ yang nilai maksimumnya 1. Alat ini berfungsi untuk memaksimalkan nilai faktor daya sampai mendekati 1 sehingga daya yang disediakan oleh PLN sesuai dengan daya yang dipakai oleh pelanggan. Misalnya, daya 1300 VA yang disediakan oleh PLN dapat digunakan secara optimal untuk menghidupkan seluruh alat listrik yang akumulasi dayanya sampai 1300 Watt.

Masih penasaran?
Semoga Anda tidak penasaran lagi setelah membaca penjelasan di atas.


*Dari ide dan pengetahuan sendiri.
**Untuk mengutip atau menyitir sebagian atau keseluruhan artikel, silakan cantumkan sumber atau hubungi kami di sini

Tak Hingga Dibagi dengan Tak Hingga (∞/∞)




Apakah tak hingga (∞) atau infinity suatu bilangan?
Ada dua pendapat, ada yang mengatakan ∞ adalah suatu bilangan namun ada juga yang mengatakan bahwa ∞ bukanlah suatu bilangan namun hanya merupakan suatu simbol untuk memudahkan dalam menyatakan bilangan yang sangat besar, tak terbatas, tidak ganjil maupun tidak genap.
Seperti halnya tulisan sebelumnya Nol Dibagi dengan Nol yang hasilnya tak tentu atau tak pasti (indeterminate), maka ∞/∞ juga hasilnya tak tentu atau tak pasti (indeterminate).

Tahukah Anda alasan kenapa ∞ dibagi dengan ∞ hasilnya tak tentu atau tak pasti (indeterminate)?
Penasaran?
Mau tahu alasannya?


Berikut alasannya:
Ada beberapa hasil yang mungkin dari ∞/∞, yakni:
Karena sifat identitas pembagian a/a = 1, maka ∞/∞ = 1.
Karena 1/∞ = 0, maka ∞/∞ = ∞ x (1/∞) = ∞ x 0 = 0
Karena a/0 = ∞ dan b/0 = ∞ maka ∞/∞ = (a/0)/(b/0) = a/b
Karena ∞xn= ∞ dan ∞/m= ∞ maka ∞/∞ = (∞xn)/(∞/m) = nxm
Karena ∞x∞ = ∞ maka ∞/∞ = ∞.∞/∞ = ∞
Karena ∞+∞ = ∞ maka ∞/∞ = (∞+∞)/∞ = ∞/∞ + ∞/∞ = 1+1 = 2
Karena ∞2 = ∞ maka ∞/∞ = (∞2-n2)/(∞-n) = (∞+n) = ∞
Contoh:
∞/∞ = (5/0)/(10/0) = 5/10 = 1/2
∞/∞ = (∞x50)/(∞/10) = 50x10 = 50
∞/∞ = (∞-6)/(∞-2) = 3x(∞-2)/(∞-2) = 3
∞/∞ = (∞-100)/(∞-10) = (∞+10)x(∞-10)/(∞-10) = (∞+10) = ∞

Karena hasil dari ∞/∞ bisa 1, 0, ∞, 2 atau bilangan berapa pun (1/2, 50, 3, dll.) maka kesimpulannya adalah ∞/∞ hasilnya tak tentu atau tak pasti (indeterminate).

Baca Juga: Nol Pangkat Nol (0^0)

Demikianlah pembuktian ∞/∞ = tak tentu atau tak pasti.
Semoga Anda tidak penasaran lagi.

Mulai sekarang, beberapa artikel dari blog ini telah ada versi videonya. Silakan simak artikel "Tak Hingga Dibagi Tak Hingga" dalam versi video berikut:

Untuk memastikan Anda tidak ketinggalan video edukasi terbaru dari kami, silakan SUBSCRIBE Channel YouTube: Alasan Kenapa Official
Anda juga bisa membagikan video ini tanpa izin khusus dari kami.

Semoga bermanfaat dan tetap jalani hidup sehat!


*Dari berbagai sumber, telah diolah kembali.
**Menyitir diizinkan dengan mencantumkan sumber (https://alasan-kenapa.blogspot.com)



Decibel (dB)




Pernahkah Anda mendengar kata atau istilah Decibel?
Ya, Decibel pada awalnya adalah satuan untuk mengukur intensitas atau kekuatan suara.
Decibel disingkat dengan dB. Huruf "B" pada dB ditulis dengan huruf besar untuk menghargai jasa penemu pesawat telepon pertama Alexander Graham Bell (1847- 1922).

Baca juga: Kata Sapaan Halo di Telepon

Secara umum Decibel merupakan unit logaritmis untuk menyatakan suatu nilai satuan atau rasio.
Untuk menyatakan nilai satuan daya Watt (W), satuan unit logaritmisnya harus ditambahkan dengan "W" sehingga menjadi dBW (dibaca: deciBel Watt).
Untuk menyatakan suatu rasio penguatan sinyal, satuan unit logaritmisnya tetap dB karena pada dasarnya suatu rasio tidak memiliki dimensi atau satuan (kali bukanlah suatu satuan). Misalnya penguatan sinyal sebesar 100 kali setara dengan penguatan sinyal sebesar 20 dB.

Tahukah Anda kenapa harus ada satuan decibel (dB)?
Penasaran?
Mau tahu alasannya?

Berikut alasannya:


Setidaknya ada dua penjelasan mengenai hal ini.
Pertama, kenapa suatu nilai bilangan harus diubah atau dikonversi ke dalam unit logaritmis?
Kedua, kenapa harus ditambahkan awalan atau prefiks "deci" pada decibel?

Pertama,
Kenapa suatu nilai bilangan harus diubah atau dikonversi ke dalam unit logaritmis?
Unit logaritmis membuat nilai suatu bilangan yang sangat besar menjadi relatif kecil (lebih sederhana).
Untuk menghasilkan unit logaritmis, suatu bilangan harus dilogaritmakan dengan bilangan dasar atau basis tertentu. Umumnya bilangan dasar yang digunakan adalah bilangan dasar 10.
Contoh:
Daya sebesar 1.000.000.000 Watt (1.000 MW) jika dilogaritmakan akan menghasilkan log10(1.000.000.000) = 9 Bel Watt.
Terkait dengan intensitas suara, penguatan daya, redaman sinyal, dll. setiap nilai yang dilogaritmakan satuannya menjadi Bel dan untuk setiap nilai daya, tegangan, arus, dll. jika dilogaritmakan satuannya menjadi Bel + satuan terkait, misalnya Bel Watt, Bel Volt, Bel Ampere, dll.
Jadi kesimpulannya perubahan ke unit logaritmis dilakukan semata-mata untuk menyederhanakan nilai suatu bilangan dari bilangan yang sangat besar menjadi relatif kecil, seperti tabel berikut ini:


Kedua,
Kenapa harus ditambahkan awalan atau prefiks "deci" pada decibel?
Dengan mengubah unit menjadi unit logaritmis, maka nilai suatu bilangan menjadi sangat kecil. Bayangkan saja nilai 1 triliun jika dikonversikan ke dalam unit logaritmis hanya menjadi 12.
Agar nilainya tidak terlalu kecil hasil logaritma ini dikalikan kembali dengan 10.
Semua unit SI (Standar Internasional) seperti meter (m), gram (g), liter (l), dll. jika dikalikan 10 akan menjadi decimeter (dm)decigram (dg), deciliter (dl), dll.
Analog dengan itu maka unit logaritmis Bel jika dikalikan 10 juga akan menjadi deciBel atau yang disingkat dengan dB.
Penambahan awalan "deci" adalah sebagai kompensasi atau untuk memperbesar nilai logaritmis yang terlampau kecil.

Jadi secara umum alasan kenapa ada satuan deciBel adalah untuk menyederhanakan nilai suatu bilangan yang besar dan menaikkannya kembali sebesar 10 kali agar nilainya tidak terlampau kecil.

Demikianlah alasan kenapa ada satuan deciBel (dB).

Masih penasaran?
Semoga Anda tidak penasaran lagi setelah membaca penjelasan di atas.


*Dari pengetahuan sendiri.
**Menyitir diijinkan dengan mencantumkan sumber.




Nol Dibagi dengan Nol (0÷0)




Nol adalah sebuah bilangan bulat dan bilangan cacah.
Nol juga dikenal sebagai bilangan identitas penjumlahan, karena berapa pun dijumlahkan dengan nol hasilnya bilangan itu sendiri.
Nol dibagi dengan sebuah bilangan, hasilnya nol karena sesuatu yang tidak ada dibagikan kepada berapa pun pasti hasilnya juga tidak ada.
Suatu bilangan dibagi dengan nol hasilnya tidak terhingga atau tak hingga atau tak terbatas (infinity), sering ditulis dengan simbol ∞.
Kenapa hasilnya tak hingga?
Jika operasi perkalian adalah penjumlahan yang berulang maka operasi pembagian adalah pengurangan yang berulang.
Contoh 20/5 = (((20-5)-5)-5)-5) sampai hasilnya 0. Maka 20/5 = 4 (karena pengurangan dengan angka 5 berulang sebanyak 4 kali sampai hasilnya 0)
Analog dengan di atas, maka 20/0 = (((20-0)-0)-0)-0)... dst. sampai hasilnya 0. Karena dibutuhkan tak terhingga kali untuk memperoleh hasil nol, maka 20/0 hasilnya dianggap tak hingga (∞).

Jika nol dibagi dengan sebuah bilangan hasilnya nol dan suatu bilangan dibagi dengan nol hasilnya tak hingga (∞), maka bagaimana halnya dengan nol dibagi dengan nol?.
Ya, nol dibagi dengan nol hasilnya adalah tak tentu atau tak pasti (indeterminate).

Tahukah Anda alasan kenapa nol dibagi dengan nol hasilnya tak tentu atau tak pasti (indeterminate)?
Penasaran?
Mau tahu alasannya?


Berikut alasannya:
Jika n adalah bilangan riil berapa pun, maka:
Karena n/n = 1, maka 0/0 = 1 (sifat identitas pembagian).
Karena 0/n = 0, maka 0/0 = 0 (sifat pembagian dengan pembilang 0).
Karena n/0 = ∞, maka 0/0 = ∞ (sifat pembagian dengan penyebut 0).
Karena 0xn = 0, maka 0/0 = n (sifat perkalian dengan angka 0).

Baca Juga: Nol Pangkat Nol (0^0)

Contoh:
         0x20 = 0 maka 0/0 = 20
         0x50 = 0 maka 0/0 = 50
         0/0 = (20-20)/(40-40) = (20-20)/2x(20-20) = 1/2
         0/0 = (0/10)/(0/40) = 40/10 = 4
         0/0 = (100-100)/(100-100)
         0/0 = (102-102)/(10x(10-10))
         0/0 = (10+10)x(10-10)/(10x(10-10)) = 20/10 = 2

Karena hasil dari 0/0 bisa 1, 0,, atau bilangan berapa pun (20, 50, 1/2, 4, 2, dll.) maka kesimpulannya adalah 0/0 hasilnya tak tentu atau tak pasti (indeterminate).

Demikianlah pembuktian 0/0 = tak tentu atau tak pasti.
Semoga Anda tidak penasaran lagi dan tidak salah dengan penggunaan istilah tak hingga, tak terbatas, tak terdefinisikan, tak tentu dan tak pasti.

Mulai sekarang, beberapa artikel dari blog ini telah ada versi videonya. Silakan simak artikel "Nol Dibagi Nol" dalam versi video berikut:

Untuk memastikan Anda tidak ketinggalan video edukasi terbaru dari kami, silakan SUBSCRIBE Channel YouTube: Alasan Kenapa Official
Anda juga bisa membagikan video ini tanpa izin khusus dari kami.

Semoga bermanfaat dan tetap jalani hidup sehat!


*Dari berbagai sumber, telah diolah kembali.
**Menyitir diizinkan dengan mencantumkan sumber (https://alasan-kenapa.blogspot.com)



Ayam Jantan Berkokok di Pagi Hari




Setiap pagi hari kita sering mendengar suara ayam jantan berkokok. Tak heran jika suara alarm pada ponsel pintar juga menggunakan suara ayam berkokok untuk membangunkan si pemilik ponsel di pagi hari.

Tahukah Anda alasan kenapa ayam jantan berkokok di pagi hari?
Penasaran?
Mau tahu alasannya?

Berikut alasannya:
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui alasan kenapa ayam jantan berkokok di pagi hari.
Setidaknya ada dua hipotesis kenapa ayam jantan berkokok di pagi hari.
Pertama, ayam jantan memiliki semacam jam internal atau jam biologis atau jam circadian yang mendorongnya berkokok setiap pagi.
Kedua, ayam jantan berkokok di pagi hari adalah respons terhadap stimulus atau rangsangan eksternal seperti cahaya di pagi hari atau menanggapi kokok ayam jantan lainnya.
Studi yang dilakukan oleh sebuah universitas di Jepang terhadap 40 ekor ayam jantan yang ditempatkan pada sebuah ruangan yang selalu terang sepanjang hari menunjukkan bahwa ayam tetap berkokok di pagi hari.
Hal ini menunjukkan bahwa jam biologis ayam jantanlah yang mendorongnya berkokok pada pagi hari.
Selain pagi hari, ayam jantan juga berkokok di siang hari atau sore hari untuk menanggapi rangsangan eksternal seperti peningkatan intensitas cahaya atau menanggapi kokok ayam jantan lainnya.
Ayam jantan yang dilepas liarkan atau tidak dikurung di dalam kandang juga sering berkokok ketika bersama ayam betina. Hal ini mungkin dilakukan untuk menarik perhatian betina atau hanya sekedar menunjukkan kejantanannya dengan suara kokok yang nyaring dan keras.

Jadi kesimpulannya, perilaku berkokok ayam jantan lebih kuat di pagi hari disebabkan oleh karena jam internal atau jam biologis pada ayam jantan dimana setiap + 24 jam ayam jantan akan terdorong untuk berkokok.

Penelitian lanjutan disarankan untuk memindahkan ayam jantan dari suatu negara ke negara lainnya yang selisih waktunya +12 jam, misalnya Indonesia dengan Amerika.
Apakah ayam jantan tersebut akan berkokok setiap sore hari atau tetap di pagi hari?
Hipotesisnya adalah ayam jantan awalnya akan berkokok setiap sore hari namun secara bertahap jam biologis ayam jantan akan menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya persis seperti jam tidur seseorang yang mengalami jet lag setelah melakukan perjalanan dengan perbedaan zone waktu +12 jam.

Apakah Anda masih penasaran?
Semoga Anda sudah tidak penasaran lagi.


*Dari berbagai sumber



Recent Post

Other Post