Debat Kusir

Dilihat :  kali



Mungkin Anda sering mendengar istilah "Debat Kusir". Ya, ini hanyalah istilah kiasan untuk debat yang tanpa argumentasi yang masuk akal dan tanpa ujung akhir.

Tahukah Anda kenapa debat yang demikian disebut "Debat Kusir"?
Penasaran?
Mau tahu alasannya?

Berikut alasannya:
Setidaknya ada dua cerita yang melatarbelakangi asal-usul istilah "Debat Kusir".

Cerita Pertama
Pada zaman dahulu ada beberapa orang kusir delman yang beristirahat sambil menunggu penumpang sedang asyik berbincang. Tiba-tiba salah satu diantara kuda mereka ada yang kentut cukup keras sampai suaranya terdengar oleh beberapa orang kusir.
Kusir yang paling dekat dengan kuda tersebut bilang kepada pemilik kuda, "Pak, sepertinya kuda bapak masuk angin!".
Namun pemilik kuda tersebut bilang, "Bukan, kuda saya tidak masuk angin tapi keluar angin!".
Kusir yang lain ikut menimpali, "Masuk angin, Pak!".
"Keluar angin!", sambung si pemilik kuda.
"Masuk angin!", jawab kusir yang lain.
"Keluar angin!", sanggah si pemilik kuda.
"Masuk angin!", kata kusir yang lain.
"Keluar angin!", seru si pemilik kuda.
"Masuk angin!"
"Keluar angin!"
"Masuk angin!"
"Keluar angin!"

Demikian seterusnya mereka berdebat tidak ada ujungnya. Sejak itulah jika ada perdebatan yang tidak ada ujungnya disebut sebagai "Debat Kusir".

Cerita Kedua
Versi lain tentang asal-usul istilah "Debat Kusir" adalah ketika seorang kusir delman sedang pergi membawa penumpangnya keliling kota. Saat sedang asyik-asyik jalan keliling kota, si penumpang bertanya ke pak kusir, "Pak, kenapa kuda bapak dikasi kaca mata?". Pak kusir menjawab, "Maaf pak, pertanyaan ini sudah sangat sering ditanyakan kepada saya dan saya selalu jawab bahwa kuda saya malu karena telanjang keliling kota". "Memang kenapa Pak?", tanya penumpang kembali. "Bayangkan saja kalau bapak diminta telanjang jalan-jalan keliling kota apa bapak tidak malu dan menutup mata?", pak kusir balik bertanya. Kemudian penumpang berkata, "Menurut saya kuda diberi kaca mata agar pandangannya bisa lurus ke depan, tidak lirik kanan, lirik kiri". Pak kusir tidak mau kalah, "Itu khan kalau bapak yang jadi kuda. Ini khan kuda kuda saya, yang paling tahu kuda saya malu atau tidak khan saya". Penumpang tetap ngotot, "Coba saja bapak copot itu kaca mata kudanya, kalau malu pasti mukanya merah".
"Tidak bisa, dia pasti malu", jawab pak kusir.
"Tidak pak, dia tidak malu", sanggah si penumpang
"Pasti malu!", seru pak kusir
"Tidak malu!", kata si penumpang
"Pasti malu!"
"Tidak malu!"
"Pasti malu!"
"Tidak malu!"
Demikian seterusnya pak kusir dan penumpang berdebat tentang kaca mata kuda yang tidak ada ujungnya. Oleh karena itulah debat yang tidak menghasilkan kesimpulan akhir disebut dengan "Debat Kusir"

Apakah sekarang Anda masih penasaran?

Kalau penasaran, jangan ajak teman Anda debat kusir ya...


Dari berbagai sumber, telah diolah kembali





EmoticonEmoticon