Penggunaan Lampu Dim

Dilihat :  kali


Ketika berkendara di malam hari mata kita sering merasa silau karena pengendara dari arah berlawanan menyalakan lampu jauh atau lampu dim (high beam).
Tidak jarang pula pengendara dari belakang yang akan menyalip atau meminta jalan menyalakan lampu dim yang sangat menyilaukan mata karena sinar pantulannya melalui spion kendaraan kita.
Etika penggunaan lampu dim pada kendaraan di negara kita berbeda dengan negara lain.

Tahukah Anda kenapa penggunaan lampu dim di negara kita dengan di negara Eropa (seperti di Inggris) berbeda?
Penasaran?
Mau tahu alasannya?


Berikut penjelasannya:
Pada prinsipnya fungsi lampu pada kendaraan baik mobil maupun motor adalah untuk penerangan bagi pengendara yang melintas di jalur yang minim penerangan.
Umumnya arah sinar lampu kendaraan dapat diatur dalam dua pilihan.  
Pertama, lampu dekat (low beam), arah sinar lampu ke bagian bawah jalan yang akan dilalui pengendara dan digunakan untuk jalan-jalan yang cukup terang atau trafik lalu lintasnya cukup ramai.
Kedua, lampu jauh (high beam) atau sering disebut lampu dim, arah sinar lampu ke arah tengah jalan yang akan dilalui pengendara dan digunakan pada jalan yang agak gelap atau cukup sepi untuk membantu pengendara melihat jalan atau benda yang menghalangi jalan. Karena diarahkan ke tengah maka jangkauan sinarnya bisa lebih jauh dari pada low beam.

Di Indonesia, selain fungsi di atas lampu dim juga digunakan sebagai tanda meminta jalan atau jalur. Misalkan ada kendaraan di belakang kita mau menyalip maka kendaraan tersebut akan menyalakan lampu dim sebagai tanda bahwa mereka meminta jalan dan meminta agar kita sedikit menepi ke kiri atau mengurangi kecepatan. Atau misalkan ada kendaraan di depan kita mau belok ke kanan dan memotong jalur kendaraan kita maka kendaraan dari arah depan kita akan menyalakan lampu dim yang berarti mereka minta jalur.

Apakah pengendara yang jalurnya diminta selalu memberikannya?
Jawabannya, belum tentu. Bisa saja karena pengendara yang jalurnya diminta juga terburu-buru atau ada keperluan mendesak maka mereka tidak memberikannya.

Apa yang akan terjadi jika demikian?
Sangat mudah untuk ditebak. Kalau kedua kendaraan tersebut tidak ada yang mengalah maka kecelakaan tidak dapat dihindari. Apalagi kendaraan yang sudah menyalakan lampu dim biasanya mempercepat kendaraannya.

Lalu bagaimana solusinya?
Penggunaan lampu dim di negara Inggris adalah solusinya.
Prinsipnya adalah meminta itu tidak selalu diberi namun kalau mempersilahkan pasti dilakukan.
Di Inggris penggunaan lampu dim justru sebaliknya. Kendaraan yang menyalakan lampu dim jika ada kendaraan dari arah depan akan memotong jalan justru mempersilakan kendaraan tersebut untuk menggunakan jalan. Jadi yang menyalakan lampu dim malah berhenti dan yang tidak menyalakan lampu justru yang diberi jalan..
Dengan situasi seperti ini maka dapat dikatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan sangatlah kecil.
Kemungkinan kecelakaan hanya bisa terjadi jika dua-duanya saling mempersilakan (bersamaan menyalakan lampu dim) untuk kemudian keduanya berhenti beberapa saat dan kemudian secara bersamaan pula keduanya berjalan. Tapi kemungkinan ini bisa dikatakan sangatlah kecil. Apalagi umumnya jika kendaraan sempat berhenti kemudian berjalan kembali kecepatannya masih rendah.
Setelah dipersilakan untuk berjalan terlebih dahulu, biasanya pengendara yang dipersilakan tersebut akan mengucapkan terima kasih dengan menyalakan lampu hazard sebanyak dua kali.

Bagaimana jika kedua-duanya tidak ada yang menyalakan lampu dim?
Karena tidak ada yang mempersilakan jalan maka secara otomatis keduanya pasti akan berhenti dan menunggu sampai salah satunya menyalakan lampu dim.

Demikian penjelasan perbedaan penggunaan lampu dim di Indonesia dan di Inggris.
Untuk mengurangi angka kecelakaan di jalan raya sebaiknya etika menggunakan lampu dim di Inggris bisa diimplementasikan di Indonesia. Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan karena jika tidak disertai sosialisasi yang cukup justru dampaknya akan lebih berbahaya karena dapat menimbulkan kecelakaan. Bayangkan saja, dari budaya sebelumnya menyalakan lampu dim berarti meminta jalan kemudian berubah menjadi mempersilakan jalan. Pengendara tentu menjadi bingung ketika ada pengendara lain dari arah berlawanan menyalakan lampu dim. Ini maksudnya meminta jalan atau memberikan jalan. Namun dengan sosialisasi yang cukup berupa kampanye di jalan-jalan seperti menggunakan spanduk bertuliskan "Jika Ingin Memberikan Jalan ke Pengendara Lain, Silakan Nyalakan Lampu Dim Anda!" atau "Lampu Dim Hanya Untuk Memberikan Prioritas Kepada Kendaraan Lain" maka dalam kurun waktu setahun sampai dua tahun budaya menggunakan lampu dim di jalan raya perlahan-lahan bisa diubah. Semoga.


Dari beberapa sumber dan diolah dengan kata-kata sendiri





EmoticonEmoticon